Makalah
“HUBUNGAN
ANTARA PERANG DI VIETNAM DAN PERKEMBANGAN POLITIK DI ASIA”
Guru Pembingbing : Angelia Ariani Dewi.S.Pd
Disusun
O
L
E
H
Kelompok
4
Anggota:
Hasin
Moh.
Farid
Aniqotun
Nisa’
Sucipto
Andriyono
Emelliya
Zainur Ramadaniyah
KELAS XII IPS.1
MA.
Ahlusunnah
waljamaah
AMBUNTEN SUMENEP
Tapel 2013/2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji
syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik.
Makalah
yang berjudul “Hubungan antara Perang
Di Vietnam dan Perkembangan Politik Di Asia” ini penulis selesaikan dalam rangka memenuhi
tugas mata pelajaran sejarah.
Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak yang terkait. Atas
bantuan dan motivasi yang telah diberikan penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada guru mata pelajaran sejarah, serta teman-teman yang telah membantu
dalam proses pencarian materi-materi dan tahap-tahap akhir penulisan makalah.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis
berharap adanya kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini lebih
sempurna dan optimal pemanfaatannya di masa mendatang.
Harapan
penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
Ambunten, 27 Februari 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
1.
KATA
PENGANTAR...................................................................................................................................................ii
2. DAFTAR
ISI.................................................................................................................................................................iii
3. BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG............................................................................................................................1
B. RUMUSAN
MASALAH......................................................................................................................2
4. BAB II PEMBAHASAN
A.
TERJADINYA
PERANG VIETNAM..................................................................................................3
A.1. PENGARUH PERANG VIETNAM TERHADAP SITUASI POLITIK DI
ASIA
TENGGARA………………………………………………………………………………........…..….6
A.2. KEKALAHAN VIETNAM……………………………………………………..….....….….….9
A.3. TOKOH PERANG VIETNAM...................................................................................................13
B. DAMPAK PERANG VIETNAM TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT……................20
B.1 PERAN INDONESIA DALAM PENYELESAIAN MASALAH VIETNAM……..….……22
5.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN.....................................................................................................................................32
B.
SARAN……………………………………..……….……………………..............................……….32
6.
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perang Vietnam merupakan perang yang
terjadi antara Vietnam degan Amerika Serikat pada tahun 1957 sampai tahun 1975
di Vietnam. Perang ini juga disebut perang indocina kedua setelah sebelumnya
Vietnam berperang dengan Perancis dalam perang kemerdekaan. Perang ini
merupakan bagian dari perang dingin antara dua kubu ideologi besar yaitu Uni
Soviet dengan ideologi Komunisnya dan Amerika Serikat dengan Ideologi Liberal
Kapitalisnya. Hal inilah kemudian menyebabkan pecahnya perang terbuka antara
Vietnam dengan Amerika Serikat.
Pokok permasalahan yang perlu
dianalisis berkisar pada pengaruh perang dingin sebagai salah satu unjuk
kekuatan pengaruh negara adidaya di dunia. Hal itu kemudian dirumuskan secara lebih
eksplisit ke dalam beberapa pertanyaan, (1) Apa saja yang melatarbelakangi
Amerika Serikat untuk melakukan perang dengan Vietnam. (2) bagaimana keadaan
negera Vietnam sendiri hingga sampai terjadi perang. Selain itu, (3) apakah ada
peran dari negara lain untuk membantu dan bagaimana perannya. Oleh karena itu,
makalah ini mencoba menganalisis konflik yang terjadi antara Vietnam dan
Amerika Serikat sehingga menimbulkan banyak sekali korban. Konflik itu sendiri
tidak hanya melibatkan kedua belah pihak tetapi bisa saja melibatkan pihak lain
yang memiliki kepentingan.
Pertanyaan-pertanyaan tadi diharapkan
memperjelas hal-hal apa saja yang menyebabkan perang dingin berpengaruh pada
negara Vietnam secara khusus dan juga mempengaruhi negara-negara di Asia
Tenggara secara umum. Apakah yang sebenarnya melatarbelakangi konflik sehingga
begitu berpengaruh pada dunia internasional. Memang menarik untuk diperhatikan
karena pada peperangan ini, Amerika Serikat kalah dan harus menarik mundur
pasukannya.
Hal ini cukup penting untuk dilihat dari
berbagai sudut. Meskipun sudah banyak tulisan-tulisan yang menulis dan
menganalisis tentang perang vietnam. Tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba
menulis dengan pandangan berbeda. Banyaknya tulisan dan artikel mengenai perang
vietnam menunjukkan bahwa kejadian tersebut memang sangat berarti dan banyak
hal-hal yang harus diungkapkan. diharapkan dari tulisan ini untuk menemukan
bukti-bukti baru mengenai perang Vietnam ataupun bukti-bukti yang mendorong
ataupun menolak bukti-bukti yang telah ditulis sebelumnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa latar belakang AS sehingga melakukan
peperangan dengan Vietnam.?
2. Apa dampak terjadinya perang Vietnam terhadap
kehidupan masyarakat di dunia khususnya di wilayah Asia dan apa usaha – usaha
Indonesia dalam partisipasi meredakan perang Vietnam.?
BAB II
PEMBAHASAN
A. TERJADINYA PERANG VIETNAM
Selama masa Perang Dunia II, Vietnam seperti negara-negara Asia Tengara
lainnya tidak terlepas dari ekspansi Jepang. Pada tahun 1940 Jepang telah
berhasil menduduki Tonkin. Pada tanggal 29 juli 1941 tercapai persetujuan
antara Jepang dan Prancis. Persetujuan itu ternyata sangat menguntungkan pihak
Jepang. Bahkan, pada masa Perang Dunia II Jepang berhasil mengangkat Bao Dai
sebagai kepala negara Boneka Jepang di Vietnam. Sewaktu terjadi pergantian
kekuasaan dari Perancis kepada Jepang di Indo-cina pada bulan Mei 1941, kaum
komunis Vietnam baru mengadakan kongres yang mengundang wakil-wakil pemuda dan
golongan nasionalis Vietnam yang diadakan Chiangsi. Sebagai hasil dari
pertemuan ini pada 19 Mei 1941 terbentuklah suatu wadah perjuangan bersama
gerakan kemerdekaan Vietnam yang diberi nama Vietnam Doc Lap Dong Minh (Persatuan Perjuangan Vietnam), yang
kemudian lebih populer dengan sebutan Vietminth yang dipimpin oleh Ho Chi Minh
sebagai bapak nasionalisme Vietnam. Adapun tujuan Vietnam adalah melenyapkan
dominasi Prancis dan kekuasaan Jepang di Vietnam. Hal ini dapat dipandang suatu
kemenangan gerakan komunis di Vietnam,
karena keberhasilan merebut hati rakyat. Bantuan dan dan kekuatan
masyarakat Vietnam inilah yang merupakan faktor terpenting bagi gerakan komunis
dalam mengadakan revolusi. Pada tanggal 25 Agustus 1945 Bao Dai yang merupakan
raja ciptaan Jepang terpaksa menyerah kekuasaannya kepada Ho Chi Minh. Situasi
ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Vietminth dan pada tanggal 25 Agustus 1945
Ho Chi Minh mengumumkan kemerdekaan Vietnam dengan nama Republik Demokrasi
Vietnam yang beribu kota di Honai. Setelah Perang Dunia II berakhir, Prancis
atas dukungan Inggris berhasil menduduki Vietnam kembali. Pada tahun 1946
pernah terjadi perundingan antara Vietnam dan Prancis di Fontainebleau
(Prancis). Dalam perundingan tersebut Prancis mengusulkan agar dibentuk empat
negara merdeka di Indo-cina, yaitu Vietnam, Laos, Kamboja, dan Cochin cina yang
tergabung dengan Uni Prancis. Perundingan itu gagal dan pecah perang antara
Vietnam dan Prancis sejak tahun 1945 tahun 1954. Pada tahun 1954 benteng
Prancis di Dien Bien Phu (benteng pertahanan utama bagi Prancis) dikalahkan
oleh pasukan meriam Vietminth. Kejadian ini menyebabkan diadakannya genjatan
senjata dan disusul dengan perundingan di Jenewa, yang dihdiri oleh wakil dari
Vietminth dan RRC. Konvensi Jenewa terdiri dari Konvensi I s.d IV dan
dilengkapi dengan dua Protokol Tambahan I dan II tahun 1977. Keempat Konvensi
Jenewa 1949 tersebut menetapkan bahwa penduduk sipil dan orang-orang yang tidak
lagi ikut serta secara aktif dalam tindakan permusuhan harus diselamatkan dan
diperlakukan secara manusiawi. Sedangkan Konvensi Jenewa yang mengatur langsung
perlindungan kepada para penduduk sipil dalam peperangan adalah Konvensi Jenewa
IV 1949. Konvensi ini mengatur permasalahan masalah orang-orang sipil yang
berada dibawah kekuasaan musuh. Dua Protokol Tambahan tahun 1977 merupakan
pelengkap bagi konvensi-konvensi Jenewa yang bertujuan membatasi penggunaan
kekerasan dan melindungi penduduk sipil dengan memperkuat aturan-aturan yang mengatur
tindak permusuhan.
Pada tahun 1977, keempat konvensi Jenewa tersebut ditambahkan lagi dengan
Protokol Tambahan 1977 yaitu :
1. Protokol Tambahan - I untuk
Konvensi-konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 tentang Perlindungan Korban Konflik
Bersenjata Internasional.
2. Protokol Tambahan - II
untuk Konvensi-konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 tentang Perlindungan Korban
Konflik Bersenjata Non-internasional.
Aturan yang menangani permasalahan orang-orang sipil yang berada dibawah
kekuasaan musuh adalah Konvensi Jenewa IV tahun 1949 yang diatur dalam :
Pasal 4, menyebutkan bahwa masalah orang sipil di wilayah musuh dan
penduduk sipil dibawah pendudukan musuh,
Pasal 35 menyebutkan masalah orang sipil yang berada di wilayah musuh harus
diperbolehkan untuk pergi.
Dua Protokol Tambahan tahun 1977 merupakan pelengkap bagi konvensi-konvensi
Jenewa yang bertujuan membatasi penggunaan kekerasan dan melindungi penduduk
sipil dengan memperkuat aturan-aturan yang mengatur tindak permusuhan.
Konvensi Jenewa IV
1949.
1) Pasal 27 menyebutkan bahwa kejahatan perang karena terjadi pada situasi
perang dan yang diserang dan dibunuh adalah penduduk sipil termasuk didalamnya
wanita dan anak-anak dan penyerangan dilakukan secara membabi buta tanpa
membedakan sasaran militer dan bukan serta dilakukan dalam skala besar,
pembunuhan dilakukan dengan sengaja, melakukan tindakan penganiayaan, perlakuan
tidak berperikemanusiaan dan penahanan sewenang-wenang, yang seharusnya
merupakan kelompok orang yang wajib dilindungi menurut konvensi.
2) Pasal 49 menyebutkan bahwa setiap kasus yang termasuk kejahatan
internasional (pelanggaran berat) maka pelaku harus mempertanggunjawabkannya
secara individu. Orang yang pertama kali diminta pertanggungjawabannya ketika
terjadi pelanggaran adalah orang yang secara langsung melakukan pelanggaran
tersebut.
3) Pasal 50 menyebutkan bahwa pelanggaran hukum humaniter yang digolongkan
sebagai pelanggaran berat, apabila pelanggaran tersebut dilakukan terhadap
orang-orang atau objek yang dilindungi oleh Konvensi, meliputi perbuatan :
1. Pembunuhan disengaja.
2. Penganiayaan dan atau perlakuan
yang tidak berperikemanusiaan.
3. PerCobaan-percobaan biologi yang
menyebabkan penderiataan besar atau
luka atas badan atau kesehatan yang
ber
4. Penghancuran yang luas.
5.Tindakan perampasan harta benda
yang tidak dibenarkan oleh kepentingan militer dan dilaksanakan dengan melawan
hukum serta semena-mena.
Perundingan Jenewa tahun 1954 menghasilkan beberapa keputusan, antara lain
:
a. Pasukan Vietminth
ditarik mundur dari Vietnam selatan, Laos, dan Kamboja.
b. Vietnam dibagi menjadi
dua, yaitu Vietnam selatan di bawah Raja Bao Dai dengan ibu kota Saigon dan
Vietnam utara di bawah Ho Chi Minh dengan ibu kota Hanoi.
c. Pada 1956 akan diadakan
pemilihan umum untuk menentukan kehendak rakyat tentang status Vietnam utara,
Vietnam selatan, Kamboja dan Laos.
d. Pasukan Prancis akan
ditarik mundur dari seluruh Vietnam.
Pada tanggal 30 April
1975 pemerintah Vietnam selatan menyerah kepada Vietnam utara dan Vietkong.
Dengan demikain, selesailah Peperangan di Vietnam yang berlansung sejak tahun
1953 hingga tahun 1975.
A.1. PENGARUH PERANG VIETNAM TERHADAP SITUASI POLITIK DI ASIA TENGGARA
Vietnam adalah salah satu negara
di Semenanjung Indocina yang berada di wilayah Asia Tenggara. Vietnam mempunyai
sejarah dan kaitan yang erat dengan perkembangan Perang Dingin yang terjadi
antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Akibat perebutan pengaruh dan perluasan
ideologi dari dua negara adidaya itu menyebabkan terjadinya perang saudara di
wilayah Vietnam. Perang antara rezim Republik Vietnam Selatan yang didukung
oleh Amerika Serikat dan rezim Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara) yang
bergabung dengan Pemerintah Revolusioner Vietnam Selatan, termasuk pasukan Viet
Cong yang didukung Uni Soviet dan RRC disebut Perang Vietnam. Perang saudara
itu berlangsung cukup lama, yaitu sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1975.
1. Vietnam sebelum Perang Dunia II
Negara Eropa yang pertama mendarat di Vietnam adalah Prancis. Kedatangan Prancis di Vietnam terjadi pada sekitar akhir abad ke-18. Seperti penjelajah samudra dari negara Eropa lainnya, Prancis kemudian melakukan kolonisasi di Vietnam. Wilayah Vietnam yang luas dibagi menjadi tiga daerah protektorat, seperti Tonkin di utara, Annam di tengah, dan Koncincina di selatan. Pada tahun 1887 ketiga protektorat tersebut disatukan dengan protektorat Kampuchea yang dibentuk pada tahun 1875. Kesatuan protektorat itu disebut Uni Indocina. Semangat cinta tanah air dan kebangsaan di Vietnam mulai bangkit setelah Perang Dunia I berakhir. Para nasionalis Vietnam bangkit dan bersatu dalam Partai Nasional Vietnam.
Pada tahun 1940 Jepang menjadi penguasa baru di Vietnam. Prancis tidakmampu mempertahankan wilayah Vietnam karena negaranya sendiri di Eropa telah dikuasai oleh Jerman. Jadi, Prancis lebih memusatkan kekuatannya untuk membebaskan negerinya.
Partai Komunis Vietnam yang berkembang pada masa kolonial Prancis ternyata sangat membenci Jepang. Oleh karena itu, Partai Komunis Vietnam berusaha membentuk suatu wadah perjuangan bersama dengan kelompok nasionalis di Vietnam dengan nama Viet Minh atau Liga Vietnam Merdeka.
Organisasi Viet Minh merupakan hasil kongres yang diselenggarakan kaum komunis pada tanggal 19 Mei 1941 di Chiangsi, Provinsi Kwangsi. Pada awal pembentukannya Viet Minh bersama Viet Nam Doc Lap Dong Minh. Tujuannya adalah melenyapkan dominasi Prancis dan kekuasaan Jepang. Pemimpin organisasi Viet Minh adalah Ho Chi Minh. Rakyat Vietnam lebih mengenalnya sebagai Bapak Nasionalisme Vietnam daripada tokoh komunis.
Posisi Jepang dalam Perang Asia Pasifik sebagai bagian dari Perang Dunia II mulai terdesak. Pada bulan Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu. Kondisi demikian itu menyebabkan kedudukan Viet Minh di Vietnam makin kuat. Bao Dai, penguasa Vietnam yang merupakan boneka Jepang menyerahkan kekuasaannya pada Ho Chi Minh pada tanggal 25 Agustus 1945. Melihat situasi yang sangat menguntungkan bagi Viet Minh maka pada tanggal 25 September 1945 Ho Chi Minh memproklamasikan kemerdekaan Vietnam dengan nama Republik Demokrasi Vietnam. Pusat pemerintahannya di Hanoi. Namun, Viet Minh tidak berhasil di selatan.
2. Vietnam setelah Perang Dunia II
Perang Dunia II dimenangkan oleh kelompok Sekutu. Prancis yangtergabung dalam kelompok Sekutu bermaksud kembali melakukan kolonisasidi Vietnam. Niat Prancis mendapat dukungan penuh dari Inggris. Keinginan Prancis untuk berkuasa kembali di Vietnam tentu saja mendapat perlawanan dari Viet Minh. Akibatnya, Vietnam mulai tahun 1946 bergejolak lagi dengan berbagai pertempuran antara Viet Minh dan Prancis yang dibantu Inggris. Agar berhasil menguasai Vietnam, Prancis menjalankan politik memecah belah dan adu domba.
Sementara itu, Viet Minh pada tahun 1949 mulai bangkit kekuatannya. Hal itu disebabkan Viet Minh mendapat bantuan persenjataan dari Cina. Dukungan juga didapatkan dari negara Uni Soviet sebagai sesama negara komunis. Viet Minh karena merasa telah kuat, kembali melancarkan serangan pada pertahanan Prancis. Wilayah luar kota berhasil dikuasai tentara Viet Minh. Sementara itu, Prancis hanya mampu bertahan di kota-kota.
Merasa kepentingannya terancam, Blok Barat menuntut segera diadakan gencatan senjata dan perundingan. Viet Minh sebenarnya menolak perintah tersebut karena selangkah lagi mereka akan menyatukan Vietnam. Namun, akibat didesak Cina dan Uni Soviet yang merupakan negara pendukungnya, Viet Minh memenuhi tuntutan itu. Pada bulan Februari 1954, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet mengadakan pertemuan di Berlin, Jerman. Pertemuan itu membahas tentang penyelesaian masalah Perang Korea dan Perang Vietnam. Sebagai realisasinya, akan diselenggarakan Konferensi Jenewa pada tanggal 20 Juli 1954 yang membuat keputusan, antara lain:
a. mengakui kemerdekaan negara Kampuchea, Laos, dan Vietnam;
b. menyetujui bahwa wilayah Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan;
c. akan segera diadakan pemilu pada bulan Juli 1956 untuk menyatukan Vietnam, di bawah pengawasan Komisi Pengawas Internasional.
Perjanjian Jenewa ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah Vietnam. Perjanjian Jenewa justru mengesahkan Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Wilayah Vietnam Utara bernama Republik Demokrasi Vietnam dan wilayah Vietnam Selatan bernama Republik Vietnam. Kedua negara itu mempunyai ideologi dan perilaku yang berbeda. Vietnam Utara berideologikan sosialis komunis, sedangkan Vietnam Selatan berideologikan liberal kapitalis.
Sekali lagi tragedi kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia terjadi akibat pembagian wilayah.
1. Vietnam sebelum Perang Dunia II
Negara Eropa yang pertama mendarat di Vietnam adalah Prancis. Kedatangan Prancis di Vietnam terjadi pada sekitar akhir abad ke-18. Seperti penjelajah samudra dari negara Eropa lainnya, Prancis kemudian melakukan kolonisasi di Vietnam. Wilayah Vietnam yang luas dibagi menjadi tiga daerah protektorat, seperti Tonkin di utara, Annam di tengah, dan Koncincina di selatan. Pada tahun 1887 ketiga protektorat tersebut disatukan dengan protektorat Kampuchea yang dibentuk pada tahun 1875. Kesatuan protektorat itu disebut Uni Indocina. Semangat cinta tanah air dan kebangsaan di Vietnam mulai bangkit setelah Perang Dunia I berakhir. Para nasionalis Vietnam bangkit dan bersatu dalam Partai Nasional Vietnam.
Pada tahun 1940 Jepang menjadi penguasa baru di Vietnam. Prancis tidakmampu mempertahankan wilayah Vietnam karena negaranya sendiri di Eropa telah dikuasai oleh Jerman. Jadi, Prancis lebih memusatkan kekuatannya untuk membebaskan negerinya.
Partai Komunis Vietnam yang berkembang pada masa kolonial Prancis ternyata sangat membenci Jepang. Oleh karena itu, Partai Komunis Vietnam berusaha membentuk suatu wadah perjuangan bersama dengan kelompok nasionalis di Vietnam dengan nama Viet Minh atau Liga Vietnam Merdeka.
Organisasi Viet Minh merupakan hasil kongres yang diselenggarakan kaum komunis pada tanggal 19 Mei 1941 di Chiangsi, Provinsi Kwangsi. Pada awal pembentukannya Viet Minh bersama Viet Nam Doc Lap Dong Minh. Tujuannya adalah melenyapkan dominasi Prancis dan kekuasaan Jepang. Pemimpin organisasi Viet Minh adalah Ho Chi Minh. Rakyat Vietnam lebih mengenalnya sebagai Bapak Nasionalisme Vietnam daripada tokoh komunis.
Posisi Jepang dalam Perang Asia Pasifik sebagai bagian dari Perang Dunia II mulai terdesak. Pada bulan Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu. Kondisi demikian itu menyebabkan kedudukan Viet Minh di Vietnam makin kuat. Bao Dai, penguasa Vietnam yang merupakan boneka Jepang menyerahkan kekuasaannya pada Ho Chi Minh pada tanggal 25 Agustus 1945. Melihat situasi yang sangat menguntungkan bagi Viet Minh maka pada tanggal 25 September 1945 Ho Chi Minh memproklamasikan kemerdekaan Vietnam dengan nama Republik Demokrasi Vietnam. Pusat pemerintahannya di Hanoi. Namun, Viet Minh tidak berhasil di selatan.
2. Vietnam setelah Perang Dunia II
Perang Dunia II dimenangkan oleh kelompok Sekutu. Prancis yangtergabung dalam kelompok Sekutu bermaksud kembali melakukan kolonisasidi Vietnam. Niat Prancis mendapat dukungan penuh dari Inggris. Keinginan Prancis untuk berkuasa kembali di Vietnam tentu saja mendapat perlawanan dari Viet Minh. Akibatnya, Vietnam mulai tahun 1946 bergejolak lagi dengan berbagai pertempuran antara Viet Minh dan Prancis yang dibantu Inggris. Agar berhasil menguasai Vietnam, Prancis menjalankan politik memecah belah dan adu domba.
Sementara itu, Viet Minh pada tahun 1949 mulai bangkit kekuatannya. Hal itu disebabkan Viet Minh mendapat bantuan persenjataan dari Cina. Dukungan juga didapatkan dari negara Uni Soviet sebagai sesama negara komunis. Viet Minh karena merasa telah kuat, kembali melancarkan serangan pada pertahanan Prancis. Wilayah luar kota berhasil dikuasai tentara Viet Minh. Sementara itu, Prancis hanya mampu bertahan di kota-kota.
Merasa kepentingannya terancam, Blok Barat menuntut segera diadakan gencatan senjata dan perundingan. Viet Minh sebenarnya menolak perintah tersebut karena selangkah lagi mereka akan menyatukan Vietnam. Namun, akibat didesak Cina dan Uni Soviet yang merupakan negara pendukungnya, Viet Minh memenuhi tuntutan itu. Pada bulan Februari 1954, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet mengadakan pertemuan di Berlin, Jerman. Pertemuan itu membahas tentang penyelesaian masalah Perang Korea dan Perang Vietnam. Sebagai realisasinya, akan diselenggarakan Konferensi Jenewa pada tanggal 20 Juli 1954 yang membuat keputusan, antara lain:
a. mengakui kemerdekaan negara Kampuchea, Laos, dan Vietnam;
b. menyetujui bahwa wilayah Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan;
c. akan segera diadakan pemilu pada bulan Juli 1956 untuk menyatukan Vietnam, di bawah pengawasan Komisi Pengawas Internasional.
Perjanjian Jenewa ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah Vietnam. Perjanjian Jenewa justru mengesahkan Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan. Wilayah Vietnam Utara bernama Republik Demokrasi Vietnam dan wilayah Vietnam Selatan bernama Republik Vietnam. Kedua negara itu mempunyai ideologi dan perilaku yang berbeda. Vietnam Utara berideologikan sosialis komunis, sedangkan Vietnam Selatan berideologikan liberal kapitalis.
Sekali lagi tragedi kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia terjadi akibat pembagian wilayah.
Perang di Vietnam besar sekali pengaruhnya terhadap perkembangan politik
dikawasan Asia, termasuk kawasan Asia Tenggara karena konflik tersebut ternyata
juga merembet ke negara-negara Asia lainnya. Misalnya, di Kamboja yang juga
mengalami perang saudara antara kaum Nasionalis dan Komunis secara langsung
maupun tidak lansung juga disebabkan karena terjadinya perang Vietnam. Adapun
pengaruhnya dari perang Vietnam antara lain sebagai berikut:
1. Bangsa-bangsa dikawasan
Asia menjadi lebih waspada dan menjaga stabilitas keamanan di dalam negeri.
2. Meningkat kerja sama
keamanan antar negara dalam suatu kawasan ASEAN.
3. Adanya kekhawatiran
negara-negara asean akan meningkatnya pengaruh ideologi Komunis dikawasan Asia
Tenggara.
4. Timbulnya kekhawatiran
terjadinya perebutan pengaruh antara Cina dan Uni Soviet
5. Terjadinya invasi
Vietnam ke Kamboja.
A.2. KEKALAHAN VIETNAM
Kesempurnaan hakiki hanya
milik Tuhan semata. Dan tidak ada kesempurnaan apapun di dunia ini selain milik
Tuhan, seperti halnya Amerika. Walaupun sehebat apapun tapi sejarah mencatat
Amerika adalah Negara yang mulai berkembang pesat secara Ekonomi maupun Militer
setelah perang saudara di negaranya sendiri pada tahun 1861-1865. Dari situlah
Amerika mulai bersatu dan membangun kekuatan mereka dimata dunia. Walaupun di
perang Dunia pertama Amerika tidak terlalu diperhitungkan, tapi di perang Dunia
kedua Amerika benar-benar menjadi Negara super power, yang menaklukan bangsa-bangsa
besar.
Tapi apapun itu sejarah
pernah mencatat bahwa Amerika pernah menelan kekalahan telak saat perang
Vietnam/Viet Chong/IndoChina kedua. Bermula pada tahun 1957, secara perlahan
Amerika mengirim pasukan sedikit demi sedikit untuk membantu Vietnam yang saat
itu masih dijajah Perancis. Dan puncaknya pada tahun 1965 ketika terjadi
perpecahan antara kubu Republik Vietnam (Selatan) dan kubu Demokratik Vietnam
(Utara), dalam hal ini sebenernya adalah perang saudara di Vietnam, tapi
lama-lama pihak di kubu Utara yang merasa dirugikan karena keikut campur
tanganan Amerika, kubu Utara memutuskan untuk meminta permohonan bantuan kepada
USSR (Uni Soviet, sekarang Rusia). Dan disitulah awal dari perang antara 2
negara Adikuasa antara Amerika dan Uni Soviet. Perang yang mempertaruhkan
Politis, Ideologi, dan juga kehormatan bangsa sebagai Negara Adikuasa. Kubu
Selatan yang di sertai sekutu Amerika, Australia, Korea Selatan, Australia,
Selandia Baru, dan Filipina, mulai berperang dengan kubu Utara yang disekutui oleh
Uni Soviet, China, dan Korea Utara.
Dan
saat pada klimaksnya di tahun 1968 pihak dari Kubu Selatan yang berkekuatan
1.200.000 Pasukan Militer mulai menggempur Kubu Utara yang hanya berkekuatan
520.000 Pasukan Militer, tapi dalam hal ini pasukan dari Kubu Selatan yang
berusaha menyerang kearah utara sedikit terkejut terutama untuk pasukan sekutu
karena mereka harus melewati Hutan buas yang berlumpur, juga rawa-rawa yang
penuh Buaya, Ular, dan binatang buas air lainnya, dan juga medan pegunungan
yang sama sekali tidak mereka kuasai. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Kubu Utara untuk mengepung dan
membantai habis-habisan pasukan Kubu Selatan dan sekutunya.
Banyak pasukan dari Kubu
Selatan yang tewas, terluka, atau menjadi tahanan dari pasukan Kubu Utara. Sebagian
besar pasukan yang tewas, terluka, ataupun ditahan adalah Pasukan Militer
Amerika. Selama 5 tahun pasukan dari Kubu Selatan yang terus menerus menelan
kekalahan dan kehilangan banyak prajurit akhirnya menyerah. Dan pada
27-Februari-1973 dengan menyerahnya Amerika, maka di sepakatilah perjanjian
damai.
Hal ini membuat Amerika
rugi besar secara materi dan korban jiwa, dan mereka juga kalah dalam hal
politis dan ideologi untuk ditanamkan di Vietnam. Setelah perang Vietnam
berakhir, maka disetujuilah pertemuan antara kedua kubu Vietnam yang berbeda
visi, untuk bersatu membentuk sebuah Negara. Walaupun ideology komunis dari Uni
Soviet menjadi ideologi nasional, tapi sampai saat ini masih banyak warga dari
daerah Vietnam selatan yang tidak menggunakan Ideologi komunis tersebut dan
sampai saat ini masih berlangsung perlawanan dari sebagian warga Vietnam
selatan.
Berikut adalah data-data dari Perang Vietnam/Viet Chong/Perang IndoChina
kedua :
1) Dimulai pada tahun 1957 dan benar-benar
berakhir pada 30-April-1975
2) Hasil dari Perang Vietnam adalah
Kekalahan terbesar secara Politis dan Militer dari pihak Amerika Serikat.
3) Perubahan dari Perang Vietnam adalah
bersatunya Vietnam Utara dan Vietnam Selatan menjadi Negara Kesatuan Vietnam
4) Pihak yang terlibat dalam Perang Vietnam
adalah Republik Vietnam (Selatan), Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia,
Thailand, Selandia Baru, Filipina, Republik Demokratik Vietnam (Utara), USSR
(Uni Soviet), China dan Korea Utara.
5) Jumlah Korban Tewas
dari tahun 1957-1975 dari Kubu Selatan adalah 293.729 jiwa, sebagian besar
adalah dari pihak Militer Amerika Serikat, walaupun pada data intrnasional
tercacat korban tewas dari pihak Amerika adalah 58.209 jiwa, akan tetapi ada
banyak pihak yang berpendapat bahwa jumlah itu adalah sebuah kebohongan dari
Amerika yang memanipulasi data untuk menutupi kemaluan besar atas kekalahan
yang diderita. Sedangkan dari Kubu Utara korban tewas mencapai 601.100 jiwa. Korban
terbanyak dari pihak Republik Demokratik Vietnam yang terhitung 600.000 jiwa.
Dan data korban tersebut tidak sepenuhnya Valid karena ada beberapa korban
tewas yang jasadnya tidak ditemukan atau telah musnah.
6) Jumlah warga sipil yang tewas mencapai
1.000.000 jiwa. Dan terbanyak adalah warga sipil di wilayah Selatan Vietnam
karena kebringasan Pasukan Kubu Utara yang membunuh semua orang yang
ditemuinya, baik Militer ataupun Warga sipil.
7) –9 Februari 1965 – Pasukan kombat Amerika Serikat pertama dikirim ke Vietnam Selatan secara besar-besaran.
–30 Januari 1968 – Serangan Tet (Serangan berbasis pembebasan yang dilakukan Kubu Utara/Viet Cong dan dilakukan tepat pada malam tahun baru Imlek/Tet Nguyen Dan.
–5 Februari 1968 – Pertempuran Khe Sanh dimulai. Pertempuran antara Tentara Rakyat Vietnam/Viet Chong (Kubu Utara) melawan US Army (Amerika Serikat). Dan disinilah pasukan militer di bantai habis-habisan.
–11 Februari 1973 – Tahanan perang Amerika Serikat pertama dibebaskan oleh Viet Cong.
–27 Februari 1973 – Persetujuan Damai Paris secara resmi mengakhiri Perang Vietnam.
–29 Maret 1973 – Pasukan terakhir Amerika Serikat meninggalkan Vietnam Selatan.
–30 Januari 1968 – Serangan Tet (Serangan berbasis pembebasan yang dilakukan Kubu Utara/Viet Cong dan dilakukan tepat pada malam tahun baru Imlek/Tet Nguyen Dan.
–5 Februari 1968 – Pertempuran Khe Sanh dimulai. Pertempuran antara Tentara Rakyat Vietnam/Viet Chong (Kubu Utara) melawan US Army (Amerika Serikat). Dan disinilah pasukan militer di bantai habis-habisan.
–11 Februari 1973 – Tahanan perang Amerika Serikat pertama dibebaskan oleh Viet Cong.
–27 Februari 1973 – Persetujuan Damai Paris secara resmi mengakhiri Perang Vietnam.
–29 Maret 1973 – Pasukan terakhir Amerika Serikat meninggalkan Vietnam Selatan.
Beberapa Fakta yang
membuat kekalahan telak Pasukan Militer Amerika :
1) Banyak dari Pasuka Militer Amerika yang
masih muda (rata-rata usia 22-24 tahun) dan belum berpengalaman dalam perang,
dan suka terburu-buru dalam menjalankan taktik dari komando pusat.
2) Banyak pasukan militer Amerika yang
frustasi karena selalu mengalami kekalahan terus menerus.
3) Pasukan Viet Chong lebih menguasai medan
geografis, mereka juga membuat lorong-lorong bawah (Tunnel Rat) yang hanya bisa
dimasuki pasukan Viet Chong, yang umumnya bertubuh lebih kecil dari pada pasukan
militer Amerika.
4) Pasukan militer Amerika lebih sering
mengkonsumsi obat bius, alkohol, dan berperang dalam keadaan setengah mabuk.
Sebagai catatan dari yang saya ketahui bahwa pasukan
Tentara Rakyat Vietnam/Viet Chong tidak jauh beda dengan pasukan Tentara
Keamanan Rakyat Indonesia lakukan saat melawan Jepang ataupun Belanda, itu
karena pimpinan Viet Chong sendiri diketahui pernah dating ke Indonesia pada
tahun 1960-an dan terinspirasi dari Indonesia yang bisa mengalahkan Jepang dan
Belanda secara telak, mereka menggunakan teknik gerilya (teknik yang hanya
menyerang pada malam hari/pagi buta, lalu kembali lagi ke hutan saat matahari mulai
terbit). Dan sebagian dari Viet Chong juga membuat markas bawah tanah, ataupun
berjalan ke hutan, perbukitan, pegunungan untuk menghindari kejaran pasukan
militer Amerika saat siang hari.
A.3. TOKOH PERANG VIETNAM Dari
beberapa tokoh perang vietnam yang sangat berperan adalah Ho Chi Minh berikut
kami sajikan biografi beliau :
Ho Chi Minh lahir di Vietnam pada tahun 1890 . Ayahnya , Nguyen Sinh Huy adalah seorang guru yang dipekerjakan oleh Perancis .
Dia memiliki reputasi untuk menjadi sangat cerdas tetapi keengganan untuk belajar bahasa Perancis mengakibatkan hilangnya pekerjaannya . Untuk bertahan hidup , Nguyen Sinh Huy dipaksa untuk melakukan perjalanan di seluruh Vietnam , menawarkan jasanya kepada para petani . Hal ini biasanya melibatkan menulis surat dan memberikan perawatan medis .
Sebagai seorang nasionalis , Nguyen mengajari anak-anaknya untuk melawan pemerintahan Perancis . Tidak mengherankan , mereka semua tumbuh berkomitmen nasionalis bersedia untuk memperjuangkan kemerdekaan Vietnam .
Adik Ho Chi Minh yang diperoleh kerja kerja dengan Angkatan Darat Perancis . Dia menggunakan posisi ini untuk mencuri senjata bahwa ia berharap suatu hari akan digunakan untuk menggerakkan Perancis dari Vietnam. Dia akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup . Meskipun ia menolak untuk belajar bahasa Perancis sendiri , Nguyen memutuskan untuk mengirim Ho ke sekolah Perancis . Dia sekarang berpendapat bahwa hal itu akan membantu dia mempersiapkan diri untuk perjuangan yang akan datang melawan Prancis .
Setelah studinya . Ho adalah , untuk waktu yang singkat , seorang guru sekolah . Dia kemudian memutuskan untuk menjadi pelaut. Ini memungkinkan dia untuk melakukan perjalanan ke berbagai negara . Ini termasuk beberapa negara yang merupakan bagian dari Kekaisaran Perancis . Dalam melakukannya. Ho belajar bahwa Vietnam bukan satu-satunya orang yang menderita eksploitasi
Ho akhirnya menetap di Paris pada tahun 1917 . Di sini ia membaca buku-buku oleh Karl Marx dan penulis sayap kiri lainnya dan akhirnya ia menjadi diadakan untuk komunisme . Ketika pada bulan Desember , 1920 Partai Komunis Perancis dibentuk . Ho menjadi salah satu anggota pendirinya .
Ho , seperti sisa Partai Komunis Perancis , telah terinspirasi oleh Revolusi Rusia . Pada tahun 1924 , ia mengunjungi Uni Soviet . Sementara di Moskow , Ho menulis kepada seorang teman bahwa itu adalah tugas semua komunis untuk kembali ke negara mereka sendiri untuk : " melakukan kontak dengan massa untuk membangkitkan , mengatur, bersatu dan melatih mereka , dan memimpin mereka untuk memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan . "
Namun, Ho menyadari bahwa jika ia kembali ke Vietnam ia berada dalam ancaman untuk ditahan oleh otoritas Perancis . Karena itu ia memutuskan untuk pergi dan hidup di Cina di perbatasan Vietnam. Di sini ia membantu mengatur nasionalis diasingkan lain ke dalam ' Vietnam Revolusioner League ' .
Pada bulan September 1940 , tentara Jepang menyerbu Indochina . Dengan Paris sudah diduduki oleh Jerman , pasukan Perancis memutuskan itu tidak layak memasang perkelahian dan mereka menyerah kepada Jepang . Ho Chi Minh dan sesama nasionalis nya melihat ini sebagai kesempatan untuk membebaskan negara mereka dari dominasi asing dan membentuk sebuah organisasi yang bernama Vietminh . Di bawah kepemimpinan militer Jenderal Vo Nguyen Giap , yang Vietminh memulai kampanye gerilya melawan Jepang.
The Vietminh menerima senjata dan amunisi dari Uni Soviet , dan setelah pemboman Pearl Harbour , mereka juga memperoleh pasokan dari Amerika Serikat . Selama periode ini Vietminh bersandar cukup banyak tentang taktik militer yang membuktikan berharga dalam tahun-tahun yang mengikuti .
Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu setelah menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada bulan Agustus , 1945, Vietminh berada dalam posisi yang baik untuk mengambil alih kendali negara .
Pada bulan September 1945 , Ho Chi Minh mengumumkan pembentukan Republik Demokratik Vietnam. Diketahui oleh Vietminh Franklin D. Roosevelt , Winston Churchill dan Joseph Stalin telah memutuskan apa yang akan terjadi pasca - perang Vietnam pada pertemuan puncak - pertemuan di Potsdam . Ini telah disepakati bahwa negara akan dibagi menjadi dua , bagian utara di bawah kendali Cina dan bagian selatan di bawah Inggris .
Setelah Perang Dunia Kedua Perancis berusaha untuk membangun kembali kontrol atas Vietnam. Pada Januari 1946 , Inggris setuju untuk menarik pasukan dan akhir tahun itu , China meninggalkan Vietnam dengan imbalan janji dari Prancis bahwa ia akan menyerahkan hak nya untuk wilayah di Cina .
Perancis menolak untuk mengakui Republik Demokratik Vietnam yang telah dinyatakan oleh Ho Chi Minh dan pertempuran segera pecah antara Vietminh dan pasukan Prancis . Pada awalnya, Vietminh bawah Jenderal Vo Nguyen Giap , memiliki kesulitan besar dalam menghadapi pasukan Prancis lebih terlatih dan dilengkapi . Situasi membaik pada tahun 1949 setelah Mao Zedong dan tentara komunis itu mengalahkan Chaing Kai Shek - di Cina . The Vietminh sekarang memiliki safe- dasar di mana mereka bisa mengambil terluka dan melatih tentara baru .
Pada 1953 Vietminh dikendalikan daerah yang luas dari Vietnam Utara . The French , bagaimanapun , memiliki memegang teguh pada selatan dan telah terinstal Bo Dai , mantan Kaisar Vietnam , sebagai Kepala Negara .
Ketika menjadi jelas bahwa Perancis menjadi terlibat dalam panjang ditarik keluar perang , pemerintah Prancis mencoba untuk menegosiasikan kesepakatan dengan Vietminh . Mereka menawarkan untuk membantu set- up pemerintah nasional dan berjanji mereka akhirnya akan memberikan Vietnam kemerdekaannya . Ho Chi Minh dan para pemimpin lain dari Vietminh tidak percaya firman Perancis dan melanjutkan perang .
Opini publik Prancis terus bergerak melawan perang . Ada empat alasan utama untuk ini : ( 1 ) Antara 1946 dan 1952 90.000 tentara Perancis tewas , terluka atau ditangkap , (2 ) Prancis berusaha untuk membangun ekonomi setelah kehancuran Perang Dunia Kedua . Biaya perang telah sejauh ini dua kali apa yang telah mereka terima dari Amerika Serikat di bawah Marshall Plan , (3 ) Perang telah berlangsung selama tujuh tahun dan masih belum ada tanda-tanda kemenangan Perancis langsung , (4 ) Semakin orang di Perancis telah mencapai kesimpulan bahwa negara mereka tidak memiliki pembenaran moral untuk berada di Vietnam.
Umum Navarre , komandan Perancis di Vietnam, menyadari bahwa waktu sudah hampir habis dan bahwa ia dibutuhkan untuk mendapatkan kemenangan cepat atas Vietminh . Dia yakin bahwa jika ia bisa manuver Jenderal Vo Nguyen Giap menjadi terlibat dalam pertempuran skala besar , Perancis terikat untuk menang . Pada bulan Desember 1953 , Jenderal Navarre setup kompleks defensif di Dien Bien Phu , yang akan memblokir rute pasukan Vietminh mencoba untuk kembali ke kamp-kamp di negara tetangga Laos . Navarre menduga bahwa dalam upaya untuk membangun kembali rute ke Laos , Jenderal Giap akan dipaksa untuk mengatur massa - serangan terhadap pasukan Perancis di Dien Bien Phu .
Rencana Navarre yang bekerja dan General Giap mengambil tantangan Perancis . Namun, alih-alih membuat serangan frontal besar , Giap memilih untuk mengelilingi Dien Bien Phu dan memerintahkan anak buahnya untuk menggali parit yang mengelilingi tentara Perancis . Dari parit luar , parit dan terowongan lain digali ke dalam menuju pusat. The Vietminh kini bisa bergerak dekat pada pasukan Prancis membela Dien Bien Phu .
Sementara persiapan tersebut terjadi , Giap dibesarkan anggota Vietminh dari seluruh Vietnam. Pada saat pertempuran itu siap untuk memulai , Giap memiliki 70.000 tentara di sekitar Dien Bien Phu , lima kali jumlah tentara Perancis dikurung di dalam Mempekerjakan baru saja memperoleh senjata anti - pesawat dan howitzer dari Cina , Giap mampu membatasi parah kemampuan Perancis untuk memasok pasukan mereka di Dien Bien Phu . Ketika Navarre menyadari bahwa ia terjebak , dia meminta pertolongan . Amerika Serikat didekati dan beberapa penasihat menyarankan penggunaan senjata nuklir taktis terhadap Vietminh . Saran lain adalah bahwa serangan udara konvensional akan cukup untuk menyebarkan pasukan Giap itu .
Presiden Amerika Serikat , Dwight Eisenhower , bagaimanapun , menolak untuk campur tangan kecuali dia bisa membujuk Inggris dan sekutu Barat -nya yang lain untuk berpartisipasi . Winston Churchill , Perdana Menteri Inggris , menolak mengklaim bahwa dia ingin menunggu hasil dari negosiasi damai berlangsung di Jenewa sebelum menjadi terlibat dalam perang meningkat .
Pada tanggal 13 Maret 1954, Vo Nguyen Giap meluncurkan ofensif . Selama lima puluh enam hari Vietminh mendorong pasukan Prancis kembali sampai mereka hanya menempati area kecil dari Dien Bien Phu . Kolonel Piroth , komandan artileri , menyalahkan dirinya sendiri karena taktik yang telah bekerja dan setelah memberitahu sesama perwira bahwa ia telah " benar-benar ditolak " bunuh diri dengan menarik peniti dari granat .
The French menyerah pada tanggal 7 Mei . Korban Perancis mencapai lebih dari 7.000 dan selanjutnya 11.000 tentara ditawan . Hari berikutnya pemerintah Perancis mengumumkan bahwa mereka dimaksudkan untuk menarik diri dari Vietnam. Bulan berikutnya para menteri luar negeri dari Amerika Serikat , Uni Soviet , Inggris dan Prancis memutuskan untuk bertemu di Jenewa untuk melihat apakah mereka bisa membawa solusi damai untuk konflik di Korea dan Vietnam.
Setelah banyak negosiasi berikut disepakati : ( 1 ) Vietnam akan dibagi di paralel ke-17 , (2 ) Vietnam Utara akan diperintah oleh Ho Chi Minh , (3 ) Vietnam Selatan akan diperintah oleh Ngo Dinh Diem , lawan yang kuat dari komunisme , (4 ) pasukan Prancis akan menarik diri dari Vietnam , ( 5) Vietminh akan menarik diri dari Vietnam Selatan , (6 ) Vietnam leluasa bisa memilih untuk tinggal di Utara atau Selatan , dan ( 7 ) Pemilu untuk keseluruhan Vietnam akan digelar sebelum Juli 1956 , di bawah pengawasan sebuah komisi internasional .
Setelah kemenangan mereka di Dien Bien Phu , beberapa anggota Vietminh enggan untuk menerima perjanjian gencatan senjata . Perhatian utama mereka adalah pembagian Vietnam menjadi dua bagian . Namun, Ho Chi Minh berpendapat bahwa ini hanya situasi sementara dan yakin bahwa dalam Pemilu dijanjikan, Vietnam yakin untuk memilih pemerintah komunis untuk memerintah Vietnam kembali bersatu .
Pandangan ini dianut oleh Presiden Dwight Eisenhower . Karena dia menulis kemudian: " Saya tidak pernah berbicara atau berhubungan dengan orang yang berpengetahuan dalam urusan Indocina yang tidak setuju pemilu yang diadakan pada saat pertempuran , mungkin 80 persen dari populasi akan memilih untuk komunis Ho Chi Minh . "
Ketika konferensi Jenewa berlangsung pada tahun 1954 , delegasi Amerika Serikat mengusulkan nama Ngo Dinh Diem sebagai penguasa baru dari Vietnam Selatan . The French menentang ini mengklaim bahwa Diem adalah " tidak hanya mampu tapi gila " . Namun, akhirnya diputuskan bahwa Diem disajikan kesempatan terbaik untuk menjaga Vietnam Selatan jatuh di bawah kendali komunisme .
Ketika menjadi jelas bahwa Ngo Dinh Diem tidak berniat menyelenggarakan pemilihan untuk Vietnam bersatu , lawan-lawan politiknya mulai mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk mendapatkan tujuan mereka . Beberapa sampai pada kesimpulan bahwa kekerasan adalah satu-satunya cara untuk membujuk Diem untuk menyetujui persyaratan dari 1954 Geneva Conference . Tahun berikutnya pemilu dibatalkan melihat peningkatan besar dalam jumlah orang yang meninggalkan rumah mereka untuk membentuk kelompok-kelompok bersenjata di hutan-hutan Vietnam. Pada awalnya mereka tidak berada dalam posisi untuk mengambil Angkatan Darat Vietnam Selatan dan bukannya berkonsentrasi pada apa yang dikenal sebagai ' sasaran empuk ' . Pada tahun 1959 , diperkirakan 1.200 pejabat pemerintah Diem itu dibunuh .
Ho Chi Minh awalnya terhadap strategi ini . Dia berargumen bahwa kekuatan oposisi di Vietnam Selatan harus berkonsentrasi pada pengorganisasian dukungan daripada melakukan tindakan terorisme terhadap pemerintah Diem itu .
Pada tahun 1959 , Ho Chi Minh mengirim Le Duan , penasihat yang terpercaya, untuk mengunjungi Vietnam Selatan . Le Duan kembali untuk menginformasikan pemimpinnya bahwa kebijakan Diem tentang memenjarakan pemimpin oposisi itu begitu sukses bahwa kecuali Vietnam Utara mendorong perlawanan bersenjata , sebuah negara yang bersatu tidak akan pernah tercapai .
Ho Chi Minh setuju untuk memasok unit gerilya dengan bantuan . Dia juga mendorong kelompok-kelompok bersenjata yang berbeda untuk bergabung bersama-sama dan membentuk organisasi perlawanan yang lebih kuat dan efektif . Hal ini mereka setuju untuk melakukan dan pada bulan Desember 1960 , Front Nasional untuk Pembebasan Vietnam Selatan ( NLF ) dibentuk . The NLF , atau ' Vietkong ' , karena orang Amerika adalah untuk memanggil mereka , terdiri dari lebih dari selusin kelompok politik dan agama yang berbeda . Meskipun pemimpin NLF , Hua Tho , adalah non - Marxis , pengacara Saigon , sejumlah besar gerakan adalah pendukung komunisme .
Strategi dan taktik NLF sangat banyak berdasarkan yang digunakan oleh Mao Zedong di Cina . Ini dikenal sebagai Guerrilla Warfare . The NLF diselenggarakan dalam kelompok-kelompok kecil antara 3-10 tentara . Kelompok-kelompok ini disebut sel . Sel-sel ini bekerja bersama-sama tapi pengetahuan mereka satu sama lain disimpan ke minimal . Karena itu, ketika gerilyawan ditangkap dan disiksa , pengakuan itu tidak melakukan terlalu banyak kerusakan NLF .
Tujuan awal dari NLF adalah untuk mendapatkan dukungan dari para petani yang tinggal di daerah pedesaan . Menurut Mao Zedong , para petani laut di mana gerilyawan yang dibutuhkan untuk berenang : " . Tanpa dukungan konstan dan aktif dari petani ... kegagalan tidak bisa dihindari "
Ketika NLF masuk ke suatu desa mereka mematuhi kode ketat perilaku . Semua anggota diterbitkan dengan serangkaian ' arahan ' . Ini termasuk : " ( 1 ) Tidak melakukan apa yang mungkin merusak tanah dan tanaman atau merusak rumah dan barang-barang dari orang-orang , (2 ) Tidak bersikeras untuk membeli atau meminjam apa yang orang tidak bersedia untuk menjual atau meminjamkan ; ( 3 ) Tidak pernah melanggar janji kita , (4 ) Tidak melakukan atau berbicara apa yang mungkin untuk membuat orang percaya bahwa kita menahan mereka menghina , (5 ) untuk membantu mereka dalam pekerjaan sehari-hari mereka ( panen , mengambil kayu bakar , membawa air , menjahit , dll ) . "
Tiga bulan setelah terpilih sebagai presiden pada tahun 1964 , Lyndon B. Johnson melancarkan Operasi Rolling Thunder . Rencananya adalah untuk menghancurkan perekonomian Vietnam Utara dan memaksa dia untuk berhenti membantu para pejuang gerilya di selatan . Bom juga ditujukan terhadap wilayah yang dikuasai oleh NLF di Vietnam Selatan . Rencananya adalah untuk Operasi Rolling Thunder berlangsung selama delapan minggu tapi itu berlangsung selama tiga tahun ke depan . Pada saat itu , AS turun 1 juta ton bom di Vietnam.
B. DAMPAK PERANG VIETNAM TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT
Perang Vietnam sudah berlalu puluhan tahun silam, namun bekasnya
masih dirasakan oleh jutaan orang yang terlibat langsung ataupun tidak langsung
hingga kini dan entah hingga kapan. Salah satu kisah yang sangat tragis dan
masih menyisakan duka lara yang mendalam dan masih terus ada hingga kini adalah
korban dampak dari Agent Orange.
Seperti inilah
Kelakuan Pengecut 'Serdadu Amerika' menyemprotkan Agent Orange untuk
menghancurkan musuh mereka Apakah Agent Orange itu.? Agen Oranye dan “Super Oranye” adalah julukan
yang diberikan untuk herbisida dan defolian yang digunakan oleh Militer Amerika
Serikat dalam peperangan herbisida (herbicidal warfare) selama Perang Vietnam.
Dalam peperangan herbisida tersebut, sejumlah herbisida termasuk Agen Oranye
digunakan dengan maksud untuk
menghancurkan produksi bahan pangan dan pepohonan yang dijadikan sebagai
tempat bersembunyinya musuh. Agen Oranye digunakan dari 1961 hingga 1971, dan
di antara semua yang disebut ” herbisida pelangi” yang yang paling berbahaya,
yang digunakan dalam program ini.
Degradasi Agen Oranye (maupun Agen Ungu, Merah Jambu, dan Hijau)
melepaskan dioxin, yang dituduh telah membahayakan kesehatan mereka yang
terpaparkan pada masa Perang Vietnam. Agen Biru dan Putih adalah bagian dari
program yang sama tetapi tidak mengandung dioxin. Studi tentang penduduk yang
terpapar dioxin, meskipun tidak harus Agen Oranye, menunjukkan meningkatnya
risiko berbagai tipe kanker dan cacat genetis. Dampak paparan pada tingkat
rendah untuk jangka waktu yang lama belum dapat dipastikan. Sejak 1980-an,
sejumlah tuntutan hukum telah diajukan terhadap perusahaan-perusahaan yang
memproduksi Agen Oranye, di antaranya adalah Dow Chemical, Monsanto dan Diamond
Shamrock (menghasilkan hanya 5% ). Para veteran AS memperoleh ganti rugi
sebesar AS$180 juta pada 1984, dan para veteran yang paling besar terkena
akibatnya menerima ganti rugi satu kali sebesar AS $1.200.
Para veteran Amerika dari perang di Vietnam berusaha memperoleh
pengakuan tentang Agen Oranye, kompensasi dan perawatan untuk penderitaan yang
mereka dan anak-anak mereka alami karena Agen ini; banyak veteran Vietnam yang
terpapar dengan Agen Oranye tidak berhasil memperoleh perawatan medis yang
telah dijanjikan melalui sistem medis Departemen Urusan Veteran dan hanya dalam
kasus-kasus yang istimewa anak-anak mereka yang terpengaruh berhasil
mendapatkan batnauan kesehatan dari pemerintah.
Para veteran Vietnam dan keluarga mereka yang pertama kali
mengajukan tuntutan atas Agen Oranye ini menyatakan 25 tahun yang lalu bahwa
pemerintah “hanya menunggu kita semua mati”. Mereka menuduh bahwa kebanyakan
dari mereka yang masih hidup akan mati karena akibat-akibat paparan racun ini
selama beberapa tahun mendatang, sebelum mereka mencapai usia 65 tahun.
Walaupun mereka terlahir pasca perang Vietnam berakhir, namun
anak-anak tak berdosa ini harus memikul
dampak perang seumur hidup mereka dalam kesuraman. Kini Masih ada ribuan anak
Vietnam yang hidup dalam pengaruh racun Agent Orange tersebut, masa depan
mereka sungguh suram. Perang dari sudut manapun selalu meninggalkan luka dan
bekas yang mendalam bahkan tak akan terhapus dihati hingga beratus ratus tahun
lamanya. Perang hanya menyisakan dendam dan kebencian. Namun Kenapa hingga saat
ini masih ada banyak bangsa yang punya hobi perang walau dengan dalih
mengamankan dunia dan mengatasnamakan pembela keamanan serta pemberantas
terorisme dengan dasar pandangan mereka?
Beberapa anak dari ribuan anak Vietnam yang hingga kini terkena dampak
senjata kimia Herbisida Agent Orang dari tentara Amerika puluhan tahun silam.
Sampai seberapa lama dan panjang sejarah peradaban umat manusia akan diukir
oleh permusuhan dan kebencian serta adu domba untuk kepentingan politik serta
ambisi para penguasa, mari sobat ruanghati.com kita galang dari dalam diri kita
masing masih rasa persaudaraan dan perdamaian umat manusia, kita merupakan satu
keluarga besar yang beragam ciri serta latar belakang, namun kita satu umat
manusia pewaris amanah Tuhan sebagai pemegang amanah untuk kelanjutan peradaban
masa depan dari umat keturunan kita sekalian.
Potret Suram Hasil Kekejaman dan Kebiadaban Kebijakan Amerika Yang
Masih Tersisa Hingga Kini. Mungkin dunia bisa dikelabuhi Amerika dengan
berbagai tipuan politik baik oleh media masa mereka maupun industri perfilman
mereka yang mencuci otak sebagian besar generasi penerus penduduk bumi ini,
namun apakah kegagahan dan keperkasaan sang Rambo mampu menghapus penderitaan
anak-anak korban Agent Orange ini yang menderita seumur hidupnya?
Ribuan anak Vietnam hingga kini harus menanggung dampak politik
dari kebijaksanaan Amerika yang serakah, hingga kini masih banyak kelahiran
bayi yang terkena efek dampak dari Agent Orange. Berbeda dengan perlakuan
Amerika terhadap korban dampak Agent Orange di pihak serdadu Amerika dan
keluarganya yang mendapat perhatian khusus serta santunan, dari sisi jumlah
rakyat Vietnam yang terkena dampak senjata kimia ini lebih banyak belum lagi
yang terkena bom Napalm, gugatan dan tuntutan para korban Agent Orange oleh
warga Vietnam pada pihak Amerika sama sekali tidak mendapatkan perhatian dan
tanggung jawab, beberapa waktu lalu pengadilan setempat di Amerika bahkan
menolak mentah mentah klaim seorang korban warga Vietnam yang memperkarakan
dampak Agent Orange pada perusahaan pembuat Agent Orange ini.
B.1. PERAN INDONESIA DALAM PENYELESAIAN MASALAH VIETNAM
Sebagai negara ASEAN, Indonesia bersama negara ASEAN lainnya berusaha
mengurangi kemungkinan timbulnya perembesan konflik bersenjata, diantara peran
Indonesia dalam penyelesaian masalah Vietnam ialah sebagai berikut:
a. Pengiriman Pasukan Perdamaian Ke Vietnam
Indonesia berperan
aktif dalam membantu penyelesaian konflik Vietnam. Kebijakan tersebut dilakukan
dengan mengirimkan pasukan perdamaian di bawah PBB. Upaya Indonesia membantu
penyelesaian konflik Vietnam dilakukan dengan mengirimkan pasukan garuda ke
Vietnam selama 3 kali, antara lain sebagai berikut.
1) Pengirman pasukan
garuda IV ke Vietnam selatan pada januari 1973 Agustus 1973. Tugas pasukan
garuda IV adalah melakukan pengawasan dan pengamatan gencatan senjata dan
pertukaran tawanan perang Vietnam dibawah komando ICCS (International Commisionfor Controland Supervision).
2) Pengiriman pasukan
garuda V ke Vietnam selatan pada tahun Agustus 1973 sampai September 1974.
Tugas pasukan garuda V adalah melakukan pengawasan dan pengamatan gencatan
senjata dan pertukaran tawanan perang dibawah komando ICCS (International Commisionfor Controland Supervision).
3) Pengiriman pasukan
garuada VI ke Vietnam selatan pada April
1974. Tugas pasukan garuda VI adalah melakukan pengawasan dan pengamatan
gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang dibawah komando ICCS (International Commisionfor Controland
Supervision).
b. Penyelesaian Masalah Pengungsi Vietnam
Ceriat ini menurut salah satu
para pejuang Indonesia yang berjuang untuk meyelesaikan masalah pengungsi
vetnam. Persoalan pengungsi Vietnam ini sudah menyangkut masalah keselamatan jiwa manusia
. Jadi, meskipun bertentangan dengan peraturan Pemerintah, kami dengan
sadar terpaksa mengabaikannya semata demi alasan kemanusiaan. Sedang para
pengungsi itu, meskipun kita tidak mengenalnya, tetapi sebenarnya mereka adalah
manusia seperti kita, yang kebetulan pada saat ini sedang menderita dan sangat
memerlukan pertolongan. Terlebih lagi, mereka pun tidak dapat dikategorikan
sebagai musuh negara.

Setelah perintah diberikan, maka segera tangga kapal diturunkan. Kemudian
saya perintahkan pula beberapa ABK membantu para pengungsi naik ke atas kapal
Andhika Tarunaga.
Memang sungguh tragis. Begitu diangkat ke atas geladak, mereka sudah tidak
bisa berbuat apa-apa lagi. Satu-persatu berjatuhan dan terkulai lemah di
geladak dalam keadaan pingsan. Setelah kami hitung seluruhnya, jumlah mereka
sekitar 40 orang, dalam kondisi sangat lemah dan tak berdaya.
Beberapa anak kecil yang tampak bertelanjang bulat dan kondisinya sudah
sangat lemah, terpaksa dibopong ke atas. Malahan, diantaranya kami lihat ada
seorang bayi wanita yang masih merah, telanjang kedinginan tanpa dibalut
sehelai benang pun. Kabarnya, bayi yang terus-menerus menangis itu, baru berumur
dua bulan. Serta merta, bayi yang menggigil kedinginan itu, dibungkus dengan
kain majun dan segera dibawa ke ruang salon perwira.
Memang sebelum mereka semua bisa diangkat, saya sudah perintahkan koki
untuk menyiapkan makanan sekedarnya, seperti bubur, sebab kami pun tahu sudah
cukup lama mereka menahan lapar karena tidak menemukan makanan yang layak.
Menurut pengakuan mereka, sudah sekitar 9 hari mereka terapung-apung, tanpa
makan dan minum sejak keberangkatan mereka tanggal 19 Juni 1981 dari pelabuhan
Phun Khanh, Vietnam Selatan.
Saat itu, kami berada sekitar lima mil dari gugusan karang Palawan, Filipina. Tepatnya, pada posisi: sekitar 50 mil barat daya Scarborough Reef atau sekitar 150 mil pantai barat Luzon, atau sekitar 450 mil tenggara Hongkong, atau sekitar 470 mil pantai timur Vietnam. Dan kami baru saja meninggalkan pelabuhan Samarinda, dengan membawa muatan rotan menuju ke Hongkong. Sedang perjalanan ke Hongkong masih akan ditempuh dalam satu setengah hari lagi. Jadi, kami dapati mereka bukan di perairan Vietnam, tapi adalah jauh dari kepulauan sekitar Hainan, masih berada di dekat pantai Luzon.
Saya perintahkan supaya para pengungsi dipindahkan ke ruang salon ABK. Dan pada waktu itu, kami sampaikan kepada para ABK bahwa para pengungsi ini menempati ruangan ABK sebagai tempat penampungan. Dengan demikian, seluruh perwira dan ABK berkumpul menjadi satu di ruang makan, karena ruang makan tamtama dan bintara pun dipakai para pengungsi.
Saya bersyukur dan sangat berterima kasih, karena pada saat itu seluruh ABK benar-benar membantu, setulus-tulusnya. Beberapa orang segera memberikan selimut dan pakaian untuk menutupi dan menghangatkan badan mereka. Selanjutnya mereka menempati ruangan ABK. Pelayaran kami teruskan.
Itulah peristiwa yang terjadi pada malam kemarin. Dan sekarang, kami harus mengolahgerak kapal dan menarik tali tross kembali ke atas kapal, karena apabila tali yang dipakai menarik perahu tersebut sampai membelit propeler, hal itu bisa membahayakan.
Saat itu, kami berada sekitar lima mil dari gugusan karang Palawan, Filipina. Tepatnya, pada posisi: sekitar 50 mil barat daya Scarborough Reef atau sekitar 150 mil pantai barat Luzon, atau sekitar 450 mil tenggara Hongkong, atau sekitar 470 mil pantai timur Vietnam. Dan kami baru saja meninggalkan pelabuhan Samarinda, dengan membawa muatan rotan menuju ke Hongkong. Sedang perjalanan ke Hongkong masih akan ditempuh dalam satu setengah hari lagi. Jadi, kami dapati mereka bukan di perairan Vietnam, tapi adalah jauh dari kepulauan sekitar Hainan, masih berada di dekat pantai Luzon.
Saya perintahkan supaya para pengungsi dipindahkan ke ruang salon ABK. Dan pada waktu itu, kami sampaikan kepada para ABK bahwa para pengungsi ini menempati ruangan ABK sebagai tempat penampungan. Dengan demikian, seluruh perwira dan ABK berkumpul menjadi satu di ruang makan, karena ruang makan tamtama dan bintara pun dipakai para pengungsi.
Saya bersyukur dan sangat berterima kasih, karena pada saat itu seluruh ABK benar-benar membantu, setulus-tulusnya. Beberapa orang segera memberikan selimut dan pakaian untuk menutupi dan menghangatkan badan mereka. Selanjutnya mereka menempati ruangan ABK. Pelayaran kami teruskan.
Itulah peristiwa yang terjadi pada malam kemarin. Dan sekarang, kami harus mengolahgerak kapal dan menarik tali tross kembali ke atas kapal, karena apabila tali yang dipakai menarik perahu tersebut sampai membelit propeler, hal itu bisa membahayakan.
Tiga jam kemudian kami menerima dua telegram sekaligus dari radio pantai di
Hongkong, yang membatalkan berita sebelumnya yang menyebutkan bahwa kami telah
diizinkan masuk di pelabuhan Hongkong untuk menambatkan kapal di bouy 6.
Namun karena kami membawa para pengungsi Vietnam, yang memang sebelumnya tidak
terdaftar di kapal, maka izin yang sudah diberikan itu dibatalkan.
Kami diperintahkan menuju ke areal karantina di sebelah selatan Wang Lang
Island di perairan Hongkong. Kami pun segera memutar kemudi menuju ke sana. Dan
pada pukul 05.30 pagi, kami sudah memasuki perairan Hongkong dan melaporkan
kedatangan kami ke radio kontrol di Hongkong bahwa dalam beberapa jam lagi,
kami akan berada di Quarantine Area.
Tiba di areal karantina, kami melempar sauh. Beberapa menit kemudian, tampak mendekat beberapa kapal yaitu kapal Patroli, kapal Imigrasi dan kapal Bea Cukai dari pemerintah Hongkong, yang pada waktu itu masih dalam protektorat Kerajaan Inggris.
Tiba di areal karantina, kami melempar sauh. Beberapa menit kemudian, tampak mendekat beberapa kapal yaitu kapal Patroli, kapal Imigrasi dan kapal Bea Cukai dari pemerintah Hongkong, yang pada waktu itu masih dalam protektorat Kerajaan Inggris.
Memang sebelum merapat, telah kami siapkan berita acara yang disusun oleh
Mualim I, yang melaporkan secara lengkap tentang posisi kami ketika menemukan
para pengungsi itu, dan mencatat waktu kami mengangkat mereka. Di antara
para petugas Imigrasi dan Bea Cukai, juga hadir seorang Komisioner UNHCR
(komisi PBB yang bertanggungjawab menangani masalah pengungsi).
Sebenarnya, di Hongkong sudah ada tempat penampungan bagi para pengungsi Vietnam yang memang pada sekitar tahun 1982 banyak berdatangan ke sana. Mereka berhamburan meninggalkan Vietnam sejak merebaknya perang Vietnam yang dimulai pada 1964, hingga jatuhnya Saigon ke tangan Pemerintah Komunis. Kenyataan itu, menyebabkan ratusan ribu penduduk yang merupakan pendukung Vietnam Selatan, maupun para bekas tentara Vietnam Selatan, berupaya menyelamatkan diri dengan berbagai cara meskipun harus menempuh berbagai resiko yang berat.
Sebenarnya, di Hongkong sudah ada tempat penampungan bagi para pengungsi Vietnam yang memang pada sekitar tahun 1982 banyak berdatangan ke sana. Mereka berhamburan meninggalkan Vietnam sejak merebaknya perang Vietnam yang dimulai pada 1964, hingga jatuhnya Saigon ke tangan Pemerintah Komunis. Kenyataan itu, menyebabkan ratusan ribu penduduk yang merupakan pendukung Vietnam Selatan, maupun para bekas tentara Vietnam Selatan, berupaya menyelamatkan diri dengan berbagai cara meskipun harus menempuh berbagai resiko yang berat.
Selesai diperiksa dengan cermat oleh para petugas Imigrasi, seorang staf
PBB datang menghampiri dan menjabat tangan saya. Ia mengatakan bahwa memang dua
hari sebelumnya, pihak PBB pun telah mendengar berita tentang banyaknya
pengungsi Vietnam yang terdampar di pantai barat Filipina. Karena itu, laporan
kami dapat mereka terima dengan baik. Dikatakan pula, bahwa para pengungsi Vietnam
yang kami bawa itu, bukanlah suatu rekayasa atau sebagai upaya mencari
keuntungan, sebagaimana sering terjadi sebelumnya.
Memang tidak sedikit yang mengatakan bahwa para pengungsi Vietnam itu
sebenarnya adalah orang-orang kaya. Mereka lari dari negaranya dengan membawa
berkilo-kilo emas dan harta kekayaan yang dimilikinya, sehingga dengan adanya
kejadian itu, bisa saja dijadikan kesempatan oleh para nakhoda-nakhoda kapal
untuk berbisnis. Itulah yang menjadi pangkal pemikiran mereka, apakah kami juga
bisa dikategorikan seperti itu? Namun setelah mereka mencek posisi sesuai
dengan berita acara yang kami berikan, mereka pun percaya bahwa kami
benar-benar menolong mereka dari ancaman maut.
Komisioner PBB itu mengatakan bahwa ia merasa salut atas tindakan awak
kapal Andhika Tarunaga, yang saya pimpin. Terlebih lagi, para awak kapal adalah
orang-orang Indonesia. Ia mengatakan bahwa selama ini sebetulnya banyak para
pengungsi Vietnam yang bertebaran di sekitar Laut Cina selatan, namun jarang
sekali ada kapal-kapal Indonesia yang mau menolongnya. Dan mereka pun
mengetahui adanya suatu peraturan dari Pemerintah Indonesia yang tidak
mengizinkan nakhoda kapal mengangkat dan membawa para pengungsi Vietnam ke
wilayah Indonesia.
Pada akhir pembicaraan kami, Komisioner PBB itu kembali menjabat tangan
saya erat-erat sambil menyampaikan kekagumannya atas tindakan saya, yang
menurut hukum internasional justru dibenarkan. Namun ia pun mengakui masalah
pengungsi Vietnam ini, bisa menyulitkan semua pihak. Terutama bagi diri saya
pribadi sebagai nakhoda kapal, karena meskipun secara internasional tindakan
saya dibenarkan, tetapi risiko selanjutnya akan sangat tergantung pada sikap
Pemerintah RI atau bahkan sikap dari perusahaan tempat saya bekerja, yaitu
perusahaan pelayaran Andhika Lines.
Petugas Imigrasi datang menghampiri saya. Ia menyerahkan dokumen yang harus
saya tandatangani. Di situ disebutkan nama kapal, nakhoda, jumlah pengungsi
lengkap dengan nama-nama mereka. Saya pun diminta menandatangani pernyataan
yang menyebutkan bahwa saya bertanggungjawab terhadap keberadaan para pengungsi
Vietnam itu, jika mereka melarikan diri setibanya di Hongkong. Tak lupa,
dicantumkan pula beberapa ancaman hukuman bagi seorang nakhoda kapal, apabila
mereka melarikan diri dari kapal.
Setelah dua jam kami diperiksa, selanjutnya kami diperbolehkan mengangkat
jangkar menuju pelabuhan Hongkong untuk mengikatkan kapal di buoy 16,
tempat di mana kami akan membongkar muatan. Pukul 08.00 pagi, kami baru selesai
mengikatkan buoy dengan rantai jangkar.
Selanjutnya, saya kumpulkan semua perwira, ABK dan juga kami kumpulkan para
pengungsi Vietnam itu. Kami panggil salah seorang diantara mereka yang bisa
berbahasa Inggris. Kemudian saya jelaskan kepada mereka bahwa saat itu kapal
beserta para pengungsi sudah berada di perairan Hongkong dengan selamat.
Saya tunjukkan peta, di mana kami mengangkat mereka. Juga saya katakan
bahwa seandainya mereka tidak kami angkat -- berdasarkan berita cuaca yang
sudah kami terima bahwa tempat itu dilalui oleh badai tropis -- tentunya mereka
semua sudah mati, karena siapa pun yang saat itu berada di laut dan berhadapan
dengan badai tropis, ia tidak akan tertolong lagi. Jadi sekarang, dengan
keberadaan mereka di atas kapal kami, nyawa mereka telah kami selamatkan.
Kami tidak meminta uang sepeser pun kepada mereka. Hanya permintaan saya,
jangan sampai ada yang melarikan diri. Karena bila ada salah seorang saja yang
melarikan diri, saya sebagai nakhoda diancam hukuman dua tahun penjara dengan
denda sekitar 7.500 dolar AS.
‘’Saya tidak mempunyai uang untuk membayar denda tersebut, sehingga
tentunya saya harus masuk penjara apabila kalian yang sudah saya tolong, justru
melarikan diri,’’ kata saya. Ucapan saya itu diteruskan kepada para pengungsi
melalui penerjemah.
Namun, tiba-tiba saja kami larut dalam suasana haru. Sebab begitu mereka
mengerti apa yang telah saya sampaikan bahwa jiwa mereka telah diselamatkan
dari badai topis, serta merta mereka membungkuk, menyembah, sebagai ungkapan
terimakasih atas bantuan yang diberikan oleh seluruh awak kapal. Melalui
penterjemah, mereka mengatakan bahwa mereka berjanji akan memenuhi permintaan
saya dan tidak akan melanggar aturan yang telah disampaikan.
Saya menyadari, inilah suatu tindakan yang justru didasarkan kepada hati
nurani. Naluri kemanusiaan yang lebih banyak berbicara. Selanjutnya, saya
beserta beberapa perwira harus segera melaporkan kejadian ini kepada pimpinan
Perwakilan Perusahaan kami di Hongkong. Kami pun meninggalkan kapal menuju ke
kantor Agen. Turut pula beberapa ABK yang kebetulan memerlukan pengobatan. Peta
dan laporan berita acara berikut daftar nama para pengungsi, kami bawa untuk
dilaporkan.
Tiba di kantor Agen, kami bertemu dengan Bapak Prabowo, Manajer Pemasaran.
Ia menyambut kami dengan ramah dan menjabat tangan saya. Ternyata ia telah
mendengar berita tentang pengungsi Vietnam, yang kami angkat. Dan katanya, ia
sudah tahu betul sifat saya dan karena itu dirinya bisa memahami keputusan dan
tindakan saya. Ia berpendapat, tindakan kami adalah sesuatu yang memang perlu
dilaksanakan demi menyelamatkan nyawa manusia. Namun, selanjutnya ia meminta
saya menemui Manajer Operasi.’’Silahkan kamu berbicara dengan Manajer
Operasi di sana,’’ katanya sambil menunjuk ke sebuah ruangan.
Kami menuju ke ruangan Manajer Operasi. Tetapi, tiba di sana kami justru
disambut dengan teguran keras. Bahkan di depan beberapa bawahan saya, ia
mencaci maki saya dengan sengit! Saya mencoba tetap bersikap tenang. Dan
berusaha mencari kesempatan untuk menyampaikan alasan mengapa saya bertindak demikian.
Dan akhirnya ia mengatakan: ‘’Oke, kita jangan saling menyalahkan.
Tetapi perlu diketahui, seandainya saja ada dua nakhoda seperti kamu ini,
perusahaan ini akan bangkrut!’’ katanya.
Sejenak saya tertegun, masih terheran-heran mendengar ucapannya. Sebab di
mata dia, tindakan saya sungguh keliru dan sangat merugikan perusahaan. Ia
mungkin benar. Karena menurut hitung-hitungan bisnis, tentu akan ada
pengeluaran-pengeluaran dari pihak perusahaan. Masih terngiang ucapannya di
telinga saya. ‘’Berapa ribu dolar yang harus dikeluarkan atas tindakan kamu
itu?’’ katanya. Sebab pihak perusahaan harus menjamin semua biaya yang harus
dibayar selama mereka ditampung di pengungsian, lalu pihak perusahaan harus
membayar biaya pemulangan mereka atau pengiriman mereka ke negara yang
selanjutnya akan menampung mereka. Dan tentunya, jumlah biaya yang harus
dikeluarkan sangat banyak. Bahkan, mungkin saja perusahaan bisa bangkrut atas
tindakan saya. Pantas dia berkata demikian.
Namun dengan setulusnya saya mengatakan bahwa saya merasa telah melakukan
tindakan kemanusiaan. Bahwa apa yang saya angkat itu, bukannya sampah! Mereka
adalah manusia. Dalam masalah ini, kami tunduk pada peraturan
internasional safety of life at sea dan saya bertanggung jawab
atas hal itu.
Pertengkaran kecil berakhir. Namun, kami merasa sangat kecewa atas
sikapnya. Hanya, tentu saja harus disadari, bahwa saya hanyalah seorang pegawai
biasa di perusahaan itu. Kemudian saya mohon diizinkan untuk melapor melalui
telepon ke kantor Pusat di Jakarta. Dan saya mencoba menjelaskan kepada
Pimpinan di Jakarta. Diperoleh jawaban bahwa pihak pimpinan di Jakarta akan
mengupayakan jalan keluar melalui jalur diplomatik. Meskipun demikian, saya
masih dilanda kebingungan. Apakah karena tindakan yang saya lakukan dengan
setulusnya itu, justru harus ditebus dengan harga yang teramat mahal? Hingga
bisa menyebabkan perusahaan gulung tikar alias bangkrut?
Ketika itu, terlintas ingatan saya pada seorang paman yang memahami benar
mengenai Hukum Laut Internasional. Saya mencoba menghubungi paman yang waktu
itu menjabat sebagai Menteri Kehakiman, yaitu Prof. DR. Mochtar Kusumaatmadja.
Saya katakan bahwa saya tengah mengalami kesulitan, apakah beliau bisa
membantu? Laporan saya diterima dengan baik oleh Pak Mochtar dan beliau mengatakan
akan berusaha menyelesaikan masalah pengungsi Vietnam ini secepatnya.
Kami kembali ke kapal dengan perasaan gundah. Ada rasa kecewa sekaligus
rasa malu, bagaimana saya dicacimaki dihadapan pada perwira dan bawahan saya.
Namun perlakuan itu saya terima dengan ikhlas. Memang beginilah risiko menjadi
seorang nakhoda. Hanya saja, saya tetap merasa yakin, tindakan saya itu benar.
Tiba di kapal, saya dapati para pengungsi berangsur-angsur pulih dan tampak
mulai segar bugar.
Kepada semua ABK saya berpesan agar bersikap ramah, jangan sampai
mengganggu atau merampas harta benda atau kekayaan yang mereka miliki. Tetapi
seorang ABK mengatakan, para pengungsi itu tidak membawa apa-apa. Mereka hanya
mengenakan pakaian yang melekat di badan.
Telah dua hari kami menunggu dengan cemas. Apa yang harus kami lakukan?
Karena dua hari lagi pembongkaran muatan selesai dan kapal harus segera
meninggalkan pelabuhan Hongkong menuju pelabuhan Wham poa di daratan Cina untuk
mengangkut muatan general cargo menuju Surabaya.
Sulit dibayangkan, apabila dalam dua hari lagi kami tidak mendapat berita
dan kepastian penyelesaian masalah ini, tentunya persoalan pengungsi yang kami
angkat itu bisa menjadi masalah besar. Kami bisa mengalami keterlambatan. Maka,
apa yang dikhawatirkan Manajer Operasi akan menjadi kenyataan! Saya harus
mencari jawaban. Saya masuk kamar, merenung dan memikirkan sendiri tentang apa
yang harus kami hadapi di kemudian hari.
Memasuki hari ketiga, ternyata jawaban yang kami tunggu-tunggu akhirnya
datang juga. Seorang utusan dari Agen Perusahaan kami di Hongkong, menyerahkan
sepucuk surat yang isinya membuat kami lega bahkan seluruh awak kapal dan para
pengungsi merasa bergembira. Karena ternyata dalam waktu tiga hari itu, pihak
UNHCR di Hongkong menyatakan bahwa semua pengungsi dapat meninggalkan kapal dan
selanjutnya akan diterbangkan ke negara ketiga yang akan menampung mereka,
yaitu Australia
. Kabarnya, pemerintah Australia -- mengingat usia para pengungsi tidak
terlalu tua – bersedia menampung mereka.

Pukul 12.00 waktu Hongkong, Tongkang yang menjemput para pengungsi sudah
merapat di kapal. Segera kami kumpulkan para pengungsi. Saya jelaskan bahwa
kini mereka sudah dapat turun dari kapal. Dan selanjutnya, besok mereka akan
diterbangkan ke Australia untuk menetap di sana.
Mendengar hal itu,
serta merta air muka mereka berubah. Saya melihat wajah-wajah yang semula
pasrah dan nyaris tidak memiliki semangat hidup itu, kini berganti cerah dengan
harapan yang penuh diliputi kegembiraan karena mereka pun tahu, Australia
adalah sebuah negeri yang tenteram, negara yang maju, makmur dan sejahtera.
Terbayang bangunan impian dan cita-cita hari depan di pelupuk mata mereka.
Namun ketika hendak meninggalkan kapal, dengan perasaan penuh haru mereka
menjabat tangan seluruh awak kapal, sebagian tampak memeluk dan menangis sedih.
Lalu, satu per satu menuruni tangga dan meninggalkan kapal.
Setengah jam kemudian, seluruh pengungsi sudah berada di kapal Tongkang,
bergerak perlahan meninggalkan kami. Mereka melambai-lambaikan tangan tanpa
berkata-kata lagi, bercampur antara sedih karena berpisah dengan kami dan
perasaan gembira karena bayangan hari depan yang jauh lebih baik ketimbang di
negerinya sendiri yang dilanda kekacauan. Terbayang pula ketika mereka nyaris
kehilangan harapan setelah terombang-ambing tak berdaya di tengah laut lepas,
menanti datangnya ancaman maut: badai tropis yang ganas!
Para ABK pun, serta merta membalas lambaian tangan mereka. Setelah jauh dan
lepas dari pandangan mata, saya kumpulkan para ABK di salon. ‘’Inilah akhir
dari suatu peristiwa yang memang harus kita alami bersama. Kita sudah dapat
keluar dari kesulitan ini, karena saya yakin bahwa tindakan yang kita
laksanakan dengan penuh kesadaran, dengan penuh ketulusan, dengan keteguhan
menghadapi kesulitan apa pun, maka …tentunya atas izin dan bantuan Allah Yang
Maha Kuasa, kita bisa dilepaskan dari permasalahan ini,’’ kata saya.
Jadi, apa yang telah disampaikan bahwa pihak perusahaan akan rugi sekian
puluh juta US dollar, ternyata tidak benar! Sebab dengan tindakan cepat yang
dilakukan oleh orang-orang yang bersimpati terhadap keputusan kami ini,
malapetaka itu berhasil dihindarkan. Dari pengalaman ini, saya mendapat satu
pelajaran yang hingga kini melekat dan tertanam di dalam diri saya, bahwa kita
memang tidak perlu ragu dan jangan takut untuk berbuat sesuatu demi kebaikan kemanusiaan.
Memang pada waktu itu, setelah perang vietnam berakhir, di mana kapal-kapal
kami berlayar dari pelabuhan-pelabuhan Hongkong, pelabuhan Cina, Korea maupun
Jepang, mau tidak mau, kita harus melewati perairan Vietnam. Dan meskipun
kita sudah berlayar jauh dari pantai Vietnam, katakan saja sampai sekitar 20
mil, namun ada saja kemungkinan kita berpapasan dengan perahu-perahu tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
I.
Terjadinya Perang Vietnam dipelopori atau disebabkan dengan adanya konflik
dengan negara-negara diluar kawasan Asia Tenggara seperti: Jepang, Prancis,
Inggris, dan Uni Soviet.
II.
Diantara pengaruh Perang Vietnam pada politik di Asia Tenggara ialah
sebagai berikut: Bangsa-bangsa dikawasan Asia menjadi lebih waspada dan menjaga
stabilitas keamanan di dalam negeri; Meningkat kerja sama keamanan antar negara
dalam suatu kawasan ASEAN; Adanya kekhawatiran negara-negara asean akan
meningkatnya pengaruh ideologi komunis dikawasan Asia Tenggara; Timbulnya
kekhawatiran terjadinya perebutan pengaruh antara Cina dan Uni Soviet;
Terjadinya invasi Vietnam ke Kamboja.
III.
Dari beberapa tokoh Perang vetnam yang paling berperan dalam perang
tersebut adalah Ho Chi Minh yang di kenal sebagai bapak Nasionalisme
Vietnam
IV.
Perang vietnam sangat berdampak sekali bagi kehidupan masyarakat,
sampai saat ini dampak perang tersebut masih di rasakan oleh mayarakat yang
meghirup Agent Orange.
V.
Indonesia sangat berperan dalam
menyelsaikan msalah yang menimpa Vietnam, peran Indonesia diantaranya:
Pengiriman pasukan perdamaian ke Vietnam; Penyelesaian masalah pengungsi
Vietnam.
B.
SARAN
Sebaiknya dalam pembuatan makalah ini, butuh bimbingan dari guru yang
bersangkutan.
Pertanyaan dan jawaban
1.
ACH LAILI
Usaha apa saja yang di lakukan negara
vietnam saat melawan negara jepang.?
jawaban :
melenyapkan dominasi perancis dan kekuassan jepang di Vietnam.
secara formal vietminth terdiri dari berbagai golongan meskipun organisasi itu
di dominasi oleh kaum komunis. dalam perjuangannya vietminth lebih
mengedepankan nasionalisme dari pada komunisme.
2.
YUZRIATUN NISA’
usaha apa saja yang dilakukan
indonesia untuk menyelesaikan masalah Vietnam.?
jawaban :
1.pengiriman pasukan perdamaian ke vietnam
a. pengirman pasukan garuda IV ke
vietnam selatan pada januari 1973 sampai
agustus 1973
b. pengiriman pasukan garuda V ke vietnam selatan pada tahun agustus 1973
sampai september 1974
c.
pengiriman pasukan
garuada VI ke vietnam selatan pada april
1974
2.penyelesaian masalah
pengungsi vienam
3.
ULFAH MINNA
siapakah tokoh yang berperan penting
dalam masalah vietnam.?
jawaban :
Ho Chi Minh yang sangat berperan
penting dalam masalah Vietnam yang dikenal sebagai bapak nasionalisme Vietnam.
4.
ACH. LAILI
apakah yang dimaksud dengan perang griliya dan perang frontal.?
jawaban :
perang griliya adalah perang yag
dilakukan secara besar besaran dan perang frontal adalah perang yang di lakukan
secara langsung.
5.
BADRIYANTO
apa yang di maksud dengan Jenewa .?
jawaban :
perjanjian Jenewa adalah perjanjian
yang memang dilakukan di Jenewa, yaitu dikawasan AS.
Kesimpulan :
Negara Vietnam dalam perjuangan saat
melawan negara jepang ialah lebih mengedepankan nasionalisme dari pada
komunisme, melenyapkan dominasi perancis dan kekuasaan jepang di Vietnam. dan
berbagai usaha yang dilakukan indonesia dalam menyelesaikan masalah Vietnam
spt: mengirim pasukan perdamaian ke Vietnam dan menyelesaikan masalah pengungsi
Vietnam. selain itu dalam masalah Vietnam ada
salah satu tokoh yang berperan penting yaitu Ho Chi Minh yang dikenal
sebagai Bapak Nasionalisme Vietnam.
DAFTAR
PUSTAKA
Herimanto, 2009. SEJARAH Untuk Kelas XII SMA dan MA.Surakarta:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Hidayat
F, 2011. Modul Sejarah Untuk SMA/MA Kelas
XII.Jakarta: Erlangga.
Pusat Kurikulum., 2006.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan mata pelajaran sejarah untuk SMA/MA. Jakarta
: Pusat kurikulum, Depertemen Pendidikan Nasional.
Marwati joened
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto,1984. Sejarah Nasional Indonesia.Edisi
kedua.Balai Pustaka
Hardi. 1988. Menarik
Pelajaran Dari Sejarah . Jakarta: Haji Mas Agung
makalahnya bagus sekali. siippp
BalasHapusizin copas kak,
BalasHapusdisertakan sumber
thank you :D
Kntl
BalasHapusIzin copas kaka makasih
BalasHapus1XBet
BalasHapusBetting in India. It can be great to 토토 사이트 find the most popular brands, https://jancasino.com/review/merit-casino/ especially ones that offer betting on sports 1xbet 먹튀 such as football, tennis, Rating: 1/10 · Review 스포츠 토토 사이트 by Riku VihreasaariWhere casino-roll.com can I find 1xbet?Where can I find 1xbet betting?